Senin, 22 Mei 2017

Curhat Sama Bapak

Bapak, gimana kabar di bawah sana?

adakah Tuhan itu rupanya bisa digambar,
dengan krayon, cat akrilik, atau pensil 2B?
(malah ada yang bilang Tuhan itu
cuma hidup di kepala belaka)

adakah kubur itu senyap tak bertamat
hidup lama-lama cuma untuk dikutuk dengan hampa yang mahakekal?
"Alah, biji kelamin hidup punya makna!" begitu umpatku sambil ngaca

maaf, aku omong kasar
--bakat yang kau turunkan plek-ketiplek padaku

Tiap hari aku nanya muka sendiri,
"mau ke mana kamu ini?"
Maklum, selagi cari makan aku sembari cari makna
dan kini hidupku tak jauh mirip Si Ubat kucing kita di rumah
makantidurberak makantidurberak
Bedanya, ia tak mengetik tuts kibor laptop di kantor, sepuluh jam per hari
dan tidak masturbasi
--tapi ia ngewe berkali-kali

Pak, adakah warga kubur itu ramah
menjamu kau dengan kopi hitam bergula
dituang air panas sedikit
dikocek, lalu dituang air penuh
dan disaji-antar dengan nampan
persis betul yang suka kulakukan?

Pokoknya kau kudu dijamu, dong
tak ada tangan yang boleh melukai badanmu. Gitu. Titik

Lah, kan kata ustad di internet Tuhan itu maha pengampun
pengasih, penyayang,
belum pernah dengar Tuhan Maha Penyiksa
kalau sampai ada begituan, wah, bisa-bisa dikutuk nista, Pak
di sini lagi ngetren nista-menista
napas sedikit dituding menista!

kudu hati-hati
dunia sudah hilang waras
manusianya pada mabok ciu ber-merk fanatisme-fasisme-antiakalsehat

andai kau masih di sini
di depan layar kaca, minimal
akan kutemani kamu mengomeli kumpulan badut sinting itu
--atau jangan-jangan aku juga sama sintingnya

Pak, hampura
aku tetap begini saja:
glendotan di kasur
Ngudud sembunyi-sembunyi
Nontonin film jadul
Melucuti kuota internet
bersetubuh dengan stagnansi yang memabukkan
Berpuisi macam ini pun sudah syukur, deh!

Pak, kini aku nunggu modar sendiri
tak lagi nafsu nyari teman meski untuk haha-hihi
sebab "neraka adalah orang lain" makin hari makin menjumpai relevansi.

Pak, hampura,
si bungsu --yang katanya paling disayang ini, belum juga jadi sesiapa
umurnya beranjak dua puluh empat
namun prestasi boro-boro memikat

andai kehidupan adalah pria sepi yang suka coli,
pencapaian hidupku takkan pernah jadi bahannya berfantasi

begitulah kiranya
dulu memang kucerita padamu satu-dua mimpiku
termasuk mimpiku jadi pesajak yang patut diperhitungkan
agar kelak makna dalam puisiku mampu merobek dunia
namun, satu-satunya yang bisa kurobek dari puisiku adalah selaput dara sendiri

Gila ya, Pak.

Hidupku kian absen makna dan berangsur cemen
mau nyusul masih takut
Lagipula, nazarku belum selesai: menamati semua film Hitchcock sebelum modar

(kurasa Hitchcock harus bertemu kau
janjianlah ngopi sekali waktu
pasti kalian bakal berbaur)

Kusudahi saja
puisi nirmakna ini
agar kujumpai kamu pada puisi lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar