Sabtu, 05 Oktober 2013

Ketika Kamu Menulis

untuk para penyair yang membuat kami (pemula) jadi kehabisan kata-kata untuk berkarya


Ketika kamu menulis, dunia jadi sebesar kacang polong. Mata pena selalu licin. Huruf-huruf yang telanjang, namun maknanya selalu bisa merobek alam semesta yang ternyata terbuat dari kertas tisu bolong-bolong, sehingga benar adanya bahwa dunia hanya jadi sebesar kacang polong.

Ketika kamu menulis, penyair-penyair jadi gagu akan sajak-sajak sahaja dari jari-jarinya. Mereka meronta-ronta pagi dan malam, mendaki perundak gemunung, mencairkan matahari pada sesiang yang bau terik demi mendapatkan mahkluk imajiner untuk berkata-kata. Bersyair-syair bersama laut di semburat senja yang juga gagu.

Ternyata semua kata-kata puisi di balik sudut tebing dunia sudah kamu colong, kamu kalungkan di kepala. Wah! Kamu membabat semua kata-kata di dunia ini, bahkan kamu kupas sampai telanjang, sampai dagingnya menyeruak ke muka. Semua kata-kata indah yang dihadiahkan Tuhan untuk penyair sudah kamu rampas dari balik jendela awan, dari balik mulut daun-daun pinus, dari setiap letupan mata air pada gunung gemunung, dari berbutir asin garam yang tak pernah lagi pulang kepada laut, dari berekor kokok sahut anak ayam, dari semabuk cawan anggur putih, dari anyaman bambu atap rerumahan, dari setiap diatonik tetes hujan, dari kelupasan kulit rembulan purnama, dari petik sendu gitar pengamen trotoar, dari ilalang yang melambai malam-malam. Dari semuanya..
Semuanya kosong. Semua kata-kata ada pada saku celanamu.

Licik! gumam salah satu penyair sambil mengigiti kemaluannya sendiri. Ia masih mencari imajinisai untuk bersyair bersama laut yang sudah tidak lagi asin. Yang gagu,
Penyair-penyair bermasam peluh sambil menudingkan jari telunjuk pada angin yang terkatung-katung hingga jari telunjuknya buntung.

Sedangkan kamu lagi-lagi memperistri syair baru lewat kata-kata yang kamu colong tadi malam dari secungkil kulit bulan purnama.
.....

Benar adanya bahwa kamu membikin dunia jadi sebesar kacang polong, ketika kamu menulis
Ketika kamu menulis,
Ketika kamu menulis, oh,
semua jadi resah harus ngarang apa lagi!





bardjan, 2011