Rabu, 16 April 2014

Bulan Si Pecundang

Tidak pernah malam memecundangi saya sehina ini
Bahkan udara dinginnya mencemooh diri hingga
menggigil dan meringkuk dalam kosong. Sekosong langit di atas kepala
Bulan yang katanya bulat telanjang di tubuh langit sana, yang besarnya tidak bisa
dikira-kira, turun ke daratan malam ini. Tepat ketika saya
sedang mencemong-cemongi muka sendiri dengan senyum yang sudah koyak
sementara si bulan itu semena-mena turun dan main hinggap saja di bahu
dipikul saya ke sana ke mari sesuai perintah waktu
yang terus bergulir tak mau kenal ampun
Tidak boleh takut. Sebab takut hanya milik bocah-bocah
Tidak boleh salah. Sebab salah artinya
pecundang.
Makin pecundang.
Makin berjarak dengan menang
Makin berat si bulan di pundak, sebab membesarlah ia kini
menjadi sangat besar sebesar kepengecutan diri sendiri
Sebesar kekalahan diri sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar