Minggu, 09 Maret 2014

Rokok dan Tuan yang Merokok

Saya terlalu hafal bagaimana kamu menghisap rokok
lekat-lekat. 
bahkan kelewat lekat sampai saya masuk ke dalam

sebab saya mau jadi asap yang berlalu di kerongkonganmu, hingga akhirnya
melesat ke dalam ragamu, tetapi tidak menjadi racun. Justru
menjadi antidote yang paling membahagiakan sepanjang malam
sekepulanganmu dari lingkar kerutinan yang melelahkan.
Saya mau membebaskan ketidakbisaanmu mengeja keceriaan ketika bosan. Saya mau mencairkan
nafsu murkamu yang bikin pikiranmu sesak. Saya mau membunuh kebuntuanmu pada
keletihan yang tidak bisa digambarkan aksara.

sebab kamu menghisap rokokmu dengan nikmat. Setubuh-tubuh saya masuk terhisap
ke dalam. Ingin serupa candu dalam setiap batangnya.
Dengan khusyuk. Seperti meramu ajian mantra-mantra untuk dewa. Seperti bertirakat di altar.
Seperti mengucap ayat-ayat yang sakral. 
Ujung rokok itu menyala mengeluarkan api-api yang semakin merekah nyala 
seperti mega-mega panas ketika kamu menghisapnya dengan khidmat. Alamak. 
Kemudian kamu menghembuskan asapnya seperti sihir. Seperti simsalabim. Seperti amin.
Semua keletihanmu, pesakitanmu, kekosonganmu, dan ketidakberdayaanmu untuk meluapkan amuk,
menjadi penglepasan yang paling berkelas. Menjadi pemuasan yang paling puncak.

Sedang asap itu mengepul bersenyawa dengan udara di langit-langit. Berterbangan dengan lembut,
menyerupai gumpal awan yang berkejaran pelan-pelan kemudian menipis dan menghilang.
Saya tahu betul kamu merasa kehilangan ketika asap itu pergi. Lalu kamu menghisap rokok lagi.
Dan lagi.

Tidak pernah dalam hidup, saya merasa kemimpi-mimpian melihat orang merokok.
Seharusnya merokok dilakukan dengan wajar dan normal sajalah
tidak sampai membuat saya ingin serupa rokok, dasar kamu!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar