Jumat, 11 Juli 2014

Hambar

malam setia dingin ketika perapian
kunyalakan besar-besaran di pojokan
rumah yang kusendiri iseng menanti
entah siapa
mungkin seorang di seberang laut
atau seorang yang kuumpamakan laut
tapi asinnya tidak kunjung pulang
sehingga hambar

begitu kuteguk pula hangat yang lupa pulang
kepada secangkir teh
dan malam-malam yang tidak lagi menjanjikan
rembulan perak di atap rumahmu
seolah menyuratkan rindu 
yang tidak berkabar apa-apa
selain gelisah yang arahnya buta

entah berbentuk apa lagi rindu
mana kutahu
rindu yang dulu sama-sama ditemukan
pada sepasang mata yang apinya nyala
namun kian menunggu padam
menuju hambar
menunggu modar



kecuali di mataku



Tidak ada komentar:

Posting Komentar