PAHLAWAN KAMI
“Pagi ini televisi menyiarkan iklan kesukaan kami lagi. Mengenai
pahlawan-pahwalan kami yang dipercayai dapat menyelamatkan kami dari perut
lapar, menyuplai beras dan kebutuhan kami lainnya cuma-cuma. Tidak lupa juga
pahlawan-pahlawan kami bakal membayar uang untuk susu-susu para bayi kurus di
kampung sini, membebaskan uang sekolah, membeli sepatu dan seragam baru untuk
si Budi, membangunkan rumah-rumah dan sekolah-sekolah yang lebih bagus pula. Oh
ya, saya pun masih ingat, mereka bahkan berniat mensejahterakan petani. Ayah saya
petani, kebetulan.
Sudah, jangan berburuk sangka dulu kepada pahlawan-pahwalan kami. Mereka
orangnya baik, jujur, dermawan, pasti mau turun berbaur dengan para warga di
kampung kami, dan bersenda gurau dengan kami sambil minum kopi hitam. Sudah
lama kami merindukan orang seperti itu.
Tidak. Mereka tidak akan korupsi. Mereka
bilang begitu. Mereka bukan orang picik. Kalian saja mungkin yang kerjaannya
suudzon melulu. Tentu kami yakin. Begitu yang mereka lakukan di acara televisi
setiap pagi. Bukan hanya pagi. Siang sore malam juga. Ya, mereka berbicara di
atas panggung. Di hadapan orang-orang macam kami dan senasib pula dengan kami. Saya
tahu merekalah jawaban yang dikirimkan Tuhan untuk menyelamatkan kami.
Merekalah pahlawan kami.
Setidaknya itu yang kami lihat di televisi. Diatayangkan
setiap hari. Di sela-sela acara sinetron, acara komedi, dan acara musik favorit
kami. Pagi siang sore malam.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar