Ia datang seenaknya ketika hujan. Tidak pernah meminta maaf
ketika ia
sembarangan main hapus bekas langkah kaki saya yang sudah
berjalan jauh
meninggalkan tubuhnya. Dan saya meniti lagi dari mula.
Ia datang seenaknya ketika hujan. Dengan tidak tahu diri ia
kembali menghidupkan rasa lapar kami akan kenangan masa itu, dan menyeruakkan
aroma kesukaan kami setelahnya
Tapi hilang lagi. Tapi nanti datang lagi
Begitu terus hingga ujungnya mati
Ia datang sembarangan kala hujan
Sambil membawa batu-batu es lalu berkata,
“coba tebak, ini hujan yang dibekukan atau airmata yang
dibekukan?”
Kalau kata Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar