Boleh jadi jika sengaja dipisah jari kita
selebar laut yang tidak lagi menguak rahasia kematian
nelayan
buta pecinta senja,
supaya kita mau belajar
makna kesunyian
supaya tidak saling kita mencengkram
pada bimbang yang nir-kesudahan
supaya kita lapang dada
pabila esok kita melupa
dalam nyanyian kematian
II
Sebab di darahmu yang panas
mendidihkan lautan berombak
beringas
yang menyesatkan hiu putih gigantik
pada pantai yang airnya sebatas gemericik,
tak pernah aku merasakan
kekurangan
tak pernah kau mengeja
lagu-lagu putus asa
tak pernah kau ajarkan
kepengecutan
meski kamu paham betul aku emoh mengindahkan
III
serta ombak yang hanya menggelitik jempol kaki itu
berani-beraninya beralkisah
kelakarmu di bawah senja kita yang entah kapan
sehabis bibir keenakan pagut-pagutan,
jumawa sekali kau mengatakan
“Bukan sembarang alasan
ketika Tuhan mempersengajakan pertemuan.”
Lalu aku tersipu
Kamu hafal betul
Aku bukan yang gampangan tersipu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar